DH #5

Tak ada Suara, 19 November 2017

Aku ingin selalu menjelama menjadi kebenaran yang kau tusukkan pada takik noda hatimu.

Kembali, pada mendungnya sore hari yang kau coba redam dengan tangis, aku masih merebah pada kenangan yang sama. Tapi selayaknya ragu yang terus berjalan membelakangiku, aku tak bisa terus menerus merebahkan diriku pada kegelapan kenangan yang selalu dicerai sunyi.

Aku ingin selalu menjelma menjadi ketengan di batinmu.

Tapi maafkan aku, karena aku tak lagi bisa hidup seperti ini. Aku tak lagi mengerti ragu-ragu yang semakin sarat dan menenggelamkan. Aku semakin gencar memburumu dengan segala nista perasaan sendiri yang kebetulan membenci kesendirian. Karena bukan hatiku yang membutuhkanmu, namun hanya sebatas ego dan racun iri hati di suatu sisi gelap hati.

Ingatlah, bahwa bukan hati yang merawat perasaan yang ingin kuutarakan padamu. Namun, hanya sebatas film pelik berwarna sephia yang tiap sebelum tidur terputar jelas di pikiranku. Aku membutuhkanmu untuk menghalau segala adegan film tua itu. Tapi, mungkin benar, aku tidak sesayang itu. Perasaanku tidak setulus itu.

Aku ingin kembali kepada suatu kekosongan. Yang seharusnya dirimu yang mengisi.

Jadi biarkan saja kosong. Biarkan dipenuhi distorsi cerita lembut aku-kamu. Hilangkan sejenak dia. Hilangkan. Karena dalam kekosongan ini aku ingin sendiri saja denganmu. Dengan perasaanku untukmu.

Tinggalkan
Tinggalkan
Tinggalkan

Dan sembari kita menjauh dan ku terjebak dalam kekosongan. Biarkan aku hancur lagi. Karena memang takdirku adalah hancur untuk orang lain.

Komentar

Postingan Populer