Selamat Tinggal, September!

Receh.

Tahun ini, aku benar-benar membenci September. Sesering apa pun aku mendengar lagu September Ceria yang dicover oleh La Luna, tak membiarkan perasaan sedih hanyut dan hilang begitu saja. Dia tetap ada.

September adalah suatu hal yang membuatku bersedih karena Agustus telah lewat. Aku masih mencintai Agustus seperti aku mencintai segala kenangannya. Namun pada saat September datang, begitu juga rasa kesal dan penolakan-penolakan yang mengenaskan.

September membuatku berlari. Dikejar apa-apa saja yang sebenarnya tak ada. Fana. Aku mulai menulis lagi, mengikuti berbagai lomba. Menenggalamkan diri dalam proyek kapal FRP. Hingga tetap terjaga sampai pagi karena insomnia bajingan yang memaksaku melihat kelahiran matahari.

Aku benci September. Namun aku juga sedih Oktober datang. Waktu terus berjalan, sementara aku hanya berlari tak menemukan ritme dan keluar jalur.

Semoga saja Oktober lebih baik daripada September. Semoga saja tak ada lagi penolakan-penolakan yang membuat sedih terus terbenam dalam botol-botol radler dan prost. Semoga saja pada Oktober aku menemukan kelopak mata yang di retinanya aku melihat diriku di sana.

Bye, September. Aku tidak akan merindukanmu, tapi setidaknya rindukan aku.

Komentar

Postingan Populer