DH #4

Bali, 3 Agustus 2017

Aku selalu menikmati Bulan Agustus serumit apapun cuaca yang menerpa. Kembali ke Bali tidak pernah mudah. Ada beberapa dahan di kolong pikiran yang selalu merapuh apabila kembali ke sini. Tapi, dua hal yang menyenangkan: aku kembali ke sini dengan bersilangan kata denganmu dan tentu saja pada Bulan Agustus.

Rasa sepi yang menusuk karena sendirian di kamar masih sama seperti tahun-tahun dulu, tapi hebatnya chat darimu juga masih sama hangatnya. Dan aku kembali untuk bersyukur. Mencoba menikmati lalu lalangnya turis, ramainya kantor KSOP, dan bau resin di kapal-kapal fiber yang tengah dikerjakan.

Pembicaraan denganmu juga masih sama. Walau berbeda situasi, di mana kita sudah tak lagi menggantung harapan. Aku merasa kita hanya dua orang yang kesepian dan mencoba saling mengisi kesepian yang ada. Situasi osjurmu dan patah hatiku, kurang lebih adalah representasi dari rasa sepi dan malas menjalani hari.

Aku jadi terngiang tadi perbincangan tadi malam. Ketika kamu sambat soal osjur dan masuk anginmu.

Aku: Sini aja sama aku tak ramut
Kamu: Caranya gmn?
Aku: Masuk ke hatiku dan jangan keluar lagi

Kamu hanya menertawakannya. Kemudian bilang kalau aku insecure. Mungkin saja sih. Bisa jadi. Mungkin aku masih insecure gara-gara tidak bisa membahagiakan dia. Mungkin juga tidak bisa membahagiakanmu. Mungkin juga tidak bisa membahagiakan siapa-siapa.

Dan sialnya, aku jadi ingat, barusan tadi malam, ternyata aku sendiri belum bisa membahagiakan diri sendiri.

Kemudian kelanjutannya, semua kata-kata larut tergelontor radler rasa lemon.

Komentar

Postingan Populer