DH #2

Surabaya, 10 Juli 2014

ada rerumputan yang tebal dan hijau di ujung sana
ada beberapa awan yang menggumpal begitu saja
tak mengusik
dan terusik

Anak itu menghantar sepi melalui pepohonan yang rimbun di tepian kota. Mencoba melupakan ruap kesedihan yang sedari pagi dia rengkuh tak kelihatan. Dia lelah. Lelah tersenyum menghadapi semua sahabatnya. Lelah memasang wajah ceria yang sudah lama kehilangan keikhlasannya. Tapi sungguh, anak itu belum mengeluh kepada siapa pun. bahkan kepada pohon trembesi di ujung jalan itu.

Sepi bahkan merangkul pundak anak itu erat. menghiraukan angin berembus yang sedari tadi mengirim masa lalu dan menembus hatinya. Sepi pun bahkan ikut kesepian di tengah tengah kesejukan pepohonan itu. Anak itu pun akhirnya menyerah dan duduk di bangku kayu. berdecit menahan deritanya.

Dari kejauhan anak itu melihat beberapa patah hati yang sudah lama tak dirasakan. Dari kejauhan dia melihat dirinya berjalan bersama-Nya. Dan akhirnya orang itu datang.

"Aku belum akan menghantarkanmu kepada-Nya, nak. aku hanya akan menjemput teman lamaku"
"Siapa?"
"Sepi, Sepi adalah temanku selama bertahun-tahun. dan kau tak perlu menjadi aku. kau tak perlu mati untuk menjadi hidup."
"Tapi dia bilang aku perlu mati untuk hidup"
"Tapi bukankah kau sudah seperti orang mati yang berjalan, nak? Patah hatimu memberimu kematian yang luar biasa, tapi kau dapat memulai hidup darinya"

Lalu tanpa aba-aba, Sepi melangkah menghilang bersama orang itu.

***

Gws, yang hatinya lagi sakit. 

Komentar

Postingan Populer