Good Enough

                Ada malam panjang yang mungkin akan kau kenang. Malam diterangi rembulan dan bintang gemintang. Malam dengan angin dingin yang menakutkan. Malam yang dibawa air mata menjauh dari jendelamu. Malam dengan playlist lagu paling muram. Pun malam denganku.
                Juga ada aku yang mungkin akan kau rindukan. Lewat kecup dan tangis di kedua pelukmu. Lewat larik majas yang kau bisikkan padaku di setiap purnama. Dan beberapa saat, ketika bahakan kata cinta tak pernah pulang menemukan tempatnya.
                Aku merasa cukup pantas untukmu.
Tak tahu denganmu. Yang kutahu, saat malam kedua di Bulan Mei itu, tak ada lagi puisi yang berakhir dengan indah. Tak ada angan-angan yang hinggap di selipan pikiranku. Juga tak ada kantuk yang menyerang. Aku telah memasuki cangkir keempat. Dimana patah hati lebih mengerikan dari pada jatuh cinta.
                Aku sendirian.
                Aku tak ingin kau mengajariku tentang sakit hati. Kau telah mencabut hatiku dan membuangnya entah kemana. Tapi aku tetap tak peduli. Aku tetap tak bisa pergi darimu. Dan kaupun begitu.  
                Lagi-lagi aku merasa pantas untukmu.
                Musim hujan itu mengalirkan air di selokan, tapi tak mengalirkan perasaanku ini. Api mungkin membakar rokokmu, tapi tak pernah membakar habis perasaanku. Aku tak bisa lagi merangkai majas dan diksi untukmu seperti beberapa tahun yang lalu.
                Dan ketika puncak sudah mendekati ekornya. Dan permasalahan sudah mendekati mejanya. Kau tak mau tahu. Kau tak mau mengerti bagaimana sejadi-jadinya perasaan seorang yang tersakiti di sini. Kau tak mau tahu bagaiman janji-janjimu kau ingkari.
                Aku sendirian lagi.
                Lalu semua berakhir menyedihkan. Awan muram, seringai matahari membakar dunia. Lalu kau hanya diam berpangku tangan. Kau bahkan mengenyahkanku. Membuangku ke dalam dan relung paling kejam hatimu. Dan kau tak mau tahu lagi. Aku sendiri. Sendiri denganmu
                Dan setelah menulis ini. Mungkin aku akan menuimu lagi. Pistol di sebelah kertas ini sudah dalam kondisi siap diledakkan. Dan mungkin akan menemukan jalannya kembali ke kepalau. Seperti malam di bulan Mei itu.
                Permisi Tuhan, aku akan menemuimu. Aku merasa cukup pantas untukmu.
                “DOR”

Surabaya, 2 Agustus 2014, Evanescence – Good Enough, dlim-U


Jika dihitung, sudah 3 tahun persis sejak ucapan selamat malam terakhir darimu, Fir.

Bonus


Komentar

Postingan Populer