Adieu

Seharusnya, hal ini diposkan di blog satunya tapi apa mau dikata.

Dimulai dengan hujan deras yang mengguyur Hari Sabtu yang membosankan di depan layar, telepon dari seorang teman mengabarkan bahwa dia terbaring kritis di IGD Dr. Soetomo. Tanpa banyak ambil tingkah, sepeda motor kulajukan menuju arah tengah kota. 

Sampai di sana, Sasadhara meneleponku dan bertanya apakah berita bahwa dia telah tiada itu benar apa tidak. Jujur, aku kaget dan kujawab tidak tahu. kemudian aku berjalan menyusuri beberapa ranjang pasien dan menemukan Yusuf menangis. Lalu aku langsung tahu bahwa kabar itu bukan bohongan.

Aku tak ingin membahas bagaimana dia tak ada.

Judul blog ini adalah hidup.

Aku dan dia tidak bisa dibilang dekat. kami berdua berteman, teman sekelas. tapi ada titik di mana aku dan dia saling berhubungan. Itu adalah nama julukannya. Petis. Aku yang menjulukinya begitu, karena dia memang makan kentang goreng dengan petis. nama itu melekat begitu saja.

Sejujurnya, disadari atau tidak, dialah yang mengajariku dan mengingatkanku tentang kebersahajaan. tentang tidak jadi neko-neko lewat gayanya yang apa adanya. Ngomong seenaknya. Hidup di dunia ini tak harus bermewah-mewahan dan dilebih-lebihkan. itu poin yang kuambil. Dan malam ini dia mengajariku suatu yang telah lama kulupakan dan kubuang. Kematian. 

Latihan Cheerliar, Cheerliar bersamamu.
Nadyan arca myang segara asat
Temahan rahayu kabeh
Apan sarira ayu
Ingideran kang widadari
Rineksa malaekat

Kidung Rumekso Ing Wengi, Sunan Kalijaga

Walaupun arca dan lautan kering
Pada akhirnya, semua selamat
Semuanya sejahtera
Dikelilingi bidadari
Dijaga oleh malaikat

Semoga jalannya diterangi oleh ampunan-Nya. terima kasih teman, untuk masa SMA yang dilalui bersama senda gurau dan slayer hijaumu.


Komentar

Postingan Populer